Perang Dagang 2025: Ketika Dua Raksasa Ekonomi Kembali Bertarung

25 April 2025

Deskripsi

Tahun 2025 belum genap berjalan setengah, tapi dunia sudah dihadapkan kembali pada ketegangan global: perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Setelah sempat mereda, konflik dagang ini kembali memanas – dan kali ini, dampaknya lebih luas dari sebelumnya. 


???? Awal Mula Kembali Memanas
Presiden AS, Donald Trump, kembali menjabat pada Januari 2025. Tak butuh waktu lama, ia kembali ke strategi proteksionisnya. Tarif tinggi kembali dikenakan pada barang-barang impor dari China, dengan angka yang mengejutkan: hingga 145%. Tak tinggal diam, China membalas dengan tarif 125% untuk produk dari AS.

Bagi dua negara ini, perang dagang bukan hal baru. Tapi di tengah ekonomi global yang masih rapuh pasca pandemi dan krisis energi, perang tarif ini bisa menjadi percikan yang memicu kebakaran ekonomi yang lebih besar.


???? Dampak Global yang Tak Terhindarkan
Perang dagang ini tidak hanya berdampak pada dua negara besar. Negara-negara berkembang seperti Indonesia juga ikut merasakan getarannya. Ketergantungan terhadap ekspor dan impor dari dua raksasa ini membuat banyak negara harus berpikir ulang soal strategi dagang mereka.

Sektor manufaktur terguncang. Harga bahan baku naik, rantai pasok terganggu, dan pasar ekspor menyusut. Negara-negara seperti Indonesia pun mulai melakukan langkah antisipatif.


Bagaimana Indonesia Merespons?
Indonesia bergerak cepat. Kementerian Perdagangan menyusun strategi diversifikasi pasar—memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Di saat yang sama, Indonesia resmi bergabung dengan forum BRICS pada awal 2025, menandai babak baru dalam posisi geopolitiknya.

Namun langkah ini tidak tanpa risiko. Amerika Serikat mengancam akan mengenakan tarif 100% pada negara-negara anggota BRICS. Ini membuat posisi Indonesia menjadi rumit: antara menjaga hubungan dagang dengan AS, atau memperkuat aliansi baru.


???? Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Perang dagang 2025 jadi pengingat bahwa dalam ekonomi global, tidak ada yang benar-benar kebal dari dampak kebijakan luar negeri negara besar. Negara-negara kecil dan berkembang harus cerdas dalam membaca arah angin, dan bersiap dengan strategi jangka panjang.

Diversifikasi ekonomi, memperkuat pasar dalam negeri, dan beradaptasi  dengan perubahan global adalah kunci. Dunia sudah berubah, dan cara lama tak lagi relevan di era baru ini.


Perang dagang ini menunjukan kalau dunia bisnis dan ekonomi dapat berubah sewaktu-waktu. Kita tidak bisa santai-santai aja, harus adaptif dan siap pivot.

Karena di era sekarang, yang adaptif yang bakal survive. ????????